oleh: ust. Maheer Atthuwailibi
SALAF, artinya orang-orang shalih terdahulu (yaitu para sahabat nabi, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in). Nah, orang-orang mukmin yang hidup pada tiga masa/generasi setelah Rasulullah ini disebut salaf. sedangkan generasi terkemudian/orang-orang masa kini yang mengikuti jejak mereka, di sebut salafi (yaitu pengikut setia kaum salaf). Artinya, kita di tuntut untuk mengikuti jejak langkah kaum salaf dalam beragama. Maka siapa saja yang menjadikan Al-Qur’an petunjuknya, As-Sunnah pedoman hidupnya, dan menjadikan jejak langkah kaum salaf sebagai teladannya (baik dalam beraqidah, ibadah, muamalah, dakwah, dan akhlaq) maka dialah salafi. Tidak terikat dengan kelompok manapun, organisasi manapun, radio apapun, dst.
Salafiyyah (Manhaj Salaf) adalah manhaj perbaikan dan dakwah, diharapkan bila seorang bersalah atau berbuat kerusakan, namun tetap kita harapkan ia kembali pada kebenaran. Inilah salafi walau dia tidak berkata ‘saya salafi‘, karena salafiyyah itu memperbaiki, bukan menghakimi.
Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul mengatakan:
منهج السلف اتباع ما كان عليه الرسول صلى الله عليه وسلم وأصحابه ، الرد في
محله، والكلام في الجرح والتعديل في محله، والقيام بأمر العبادة والسلوك
والمنهج في محله ، وكل شيء له محله وله ميزانه, أما أنك تعرض السلفية بهذه
الصورة وتبغي من الناس أن لا ينكروا عليك؛ فلا والله أنت شوهت السلفية !
“Manhaj salaf ialah mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya, yaitu membantah pada tempatnya, berbicara masalah jarh wa ta’dil pada tempatnya, berbicara masalah ibadah, suluk/akhlaq, dan manhaj pada tempatnya, segala sesuatunya pada tempatnya dan ada kadarnya. Adapun engkau mengubah definisi salafiyah dan berharap manusia tidak akan akan mengingkarimu, engkaulah syauhatus salafi (salafi yang menyimpang) !”
Di tranksrip dari ceramah yang berjudul:
منهج السلف في التعامل مع الانحرافات العقدية والمنهجية لفضيلة الشيخ محمد بن عمر بازمو
Singkat kata, salafi itu adalah Ahlus Sunnah itu sendiri. Namun Ahlus Sunnah sejati adalah mereka yang mengamalkan Sunnah tanpa merasa paling Sunnah. Syari’at menuntut kita untuk mengamalkan dan merealisasikan teladan Salaf, itulah Salafi. bukan sekedar pengakuan dan klaim sana-sini. Sebab, kata pepatah arab:
كُلٌّ يَدَّعِي وَصَلاً بِلَيْلَى … وَلَيْلَى لَا تُقِرُّ لَهُمْ بِذَاكَا
“Semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila, namun Laila menolak pengakuan mereka itu…”.
Sahabat iman yang dimuliakan Allah, pembahasan tentang ‘Talafi’ dan ‘Salafi’ sudah sering kita dapati. Perbedaan antara Salafi (Kaum pecinta Sunnah pengikut Setia kaum Salaf) dengan Talafi (komplotan mafia berjubah sunnah pemegang kunci surga) juga sudah dibahas diberbagai kesempatan. Sekarang, yuk kita rehat sejenak sambil melihat bagaimana trend talafi di tahun 2017 ini. Diantaranya adalah:
📌 Yang berhak jadi ustad, hanya gurunya. Yang boleh dipanggil ustad, hanya tokoh-tokoh yang diidolakannya, yang berhak berdakwah, hanya ustad-ustadnya. Kalau ada ustadz lain tidak boleh, tidak boleh ngisi kajian di masjidnya, tidak boleh di undang ke daerahnya dan mesti diboikot. Karena dianggap “sesat”, “hizbiyyah”, “khawarij”, “ahli bid’ah”, “masuk neraka”, atau minimal dianggap “manhajnya tidak jelas” atau “bermasalah”, dll. Sehingga tidak berhak dipanggil ustad dan jangan dianggap ulama, dst. Ada orang sealim apapun selama bukan ustadz atau bukan ulama “sesembahan” dia, maka tidak perlu dihormati, tidak perlu di panggil “ustadz”, tidak perlu di panggil “syaikh”. Ini lagi nge-trend banget di tahun 2017, sahabat. 😊
📌 Yang boleh pakai jubah, hanya dia dan orang-orang yang sekelompok dengannya, yang berhak mengamalkan sunnah, hanya dia dan orang-orang yang satu spesies dengannya, yang boleh pakai gamis, sorban, hanya ustadnya. Kalau orang yang tidak segolongan dengannya yang pakai jubah/pakek gamis, katanya “sok ngustad”, “sok ulama”, dst. Hebat ya mereka.? 😃 dunia hanya milik mereka. Kalau mau masuk surga, harus daftar dulu ke mereka. Karena mereka “panitia pemegang kunci surga”. Itulah trend talafi, sahabat. 😊
📌 Yang lebih nge-trand lagi adalah, mereka ghibah dan menggunjing para da’i dan tokoh-tokoh agama, mem-bully serta menjatuhkan kehormatan ustadz atau ulama lain dengan alasan “menjaga agama”, itu semua boleh-boleh saja menurut mereka. Mereka mau mentahdzir orang dan siapa saja yang mereka benci, boleh. Seribu satu dalil dari qaul/perkataan ulama mereka cari-cari dan copas sana-sini untuk membenarkan nafsu jahatnya. Nafsu jahat apa itu? MENGHINA DAN MEROBEK-ROBEK KEHORMATAN ORANG LAIN. -wal ‘iyaadzubillah- . Tapi kalau mereka yang di tahdzir, langsung kebakaran kumis, jangankan di tahdzir, di “senggol” saja sedikit tokoh panutannya atau ustadznya, langsung kejang-kejang macam dukun santet yang sedang sakaratul maut.
📌 Yang tidak kalah nge-trend adalah, membuka aib orang alias makan bangkai, talafi jagonya. Kata mereka jangan suka membahas syubhat; syubhat harus di jauhi. Syubhat dihindari, tapi menghina orang & merusak nama baik orang itu bukan syubhat, bukan haram. Itu ‘HALAL’, sikat saja yang penting kenyang makan bangkai. Urusan pengadilan Allah di akhirat, itu belakangan. 😃
📌 Terakhir, orang mau yang nikah, bisa batal nikah gara-gara doktrin Talafi. Kenapa ? Karena mereka anggap “tidak semanhaj”. Yang “semanhaj” itu mesti cingkrang dulu, jenggotanya nge-jreng dulu, ngajinya dengan ustadznya dulu, dan channel TV di rumahnya harus Channel “harap-harap cemas” dulu. Tidak percaya? Buktikan di lapangan. Orang yang sudah menikah pun, bisa cerai dibuatnya. Kenapa? Lagi-lagi karena mereka anggap “tidak seaqidah”. Hebat ya? “Lebih hebat” dari LDII (Aliran Islam Jam'ah) trend Talafi ini. 😊
Jika Anda temukan ada orang muslim berjenggot, bergamis, celana cingkrang, yang memiliki ciri-ciri trend seperti yang saya sebutkan diatas (baik di dunia maya ataupun di dunia nyata), maka ketahuilah bahwa dia adalah talafi, baik talafi dari kalangan murji-ah (mulukiyyah) maupun talafi dari kalangan islam jama'ah (LDII).
Tapi jika Anda temukan seorang muslim berjenggot, bergamis, celananya di atas mata kaki dalam rangka menteladani Sunnah Nabi, penampilannya islami, tetapi akhlaqnya pun santun dan berbudi pekerti, terbuka dengan seluruh kaum muslimin, berlapang dada terhadap perbedaan, tidak mudah menyesat-nyesatkan, wajahnya berseri penuh senyuman, lisannya ringan menebar salam, selalu menjaga kehormatan dan mudah memaafkan, mencintai kaum muslimin dan sangat membenci kaum kafirin, maka DIALAH SALAFI SEJATI.
Nas’alullah al-aafiyyah wa salamah
Komentar
Posting Komentar